Tuesday, June 26, 2012

Bangkok Love Story


Penulis: Gola Gong
Novel versi psf

(ditulis Bedi di sebuah sel penjara di Bangkok)

Ini sajak sederhana, Sekar. Kutulis malam hari. Saat dinding sel dingin dan bisu. Ketika aku menggerutu mencari wangi rambutmu. Senyummu. Bertemu tak bertemu jadi semu kini batasnya. Maknanya. Barangkali kita masih bisa menghargai yang sia-sia; perjalanan hidupmu dan hidupku. 

Segala yang riang adalah kamu, Sekar. Siapa sangka hidup akan begitu rumit. Jangan hapus aku, ketika sinar purnama memasuki kamarmu. Seharusnya kamu menghitung hari. Apa gerangan yang sudah kamu isi; kepada orangtua, hidupmu, serta negara. Apakah cukup buat kamu sebait sajak, Sekar? Mending di pinggiran jalan saja. Nonton parade orang-orang; bergelimang uang dan gosip. Itulah pengorbanan.

Jadilah kamu alang-alang, selalu tunduk dihantam badai. Tapi akarnya tak pernah tercabut. Menggeliat gemulai. Halus tak pernah menyakiti. Mari kupunya sajak, Sekar. Kubasuh dukamu. Getirmu. Ada tembang khatulistiwa, legenda Baduy serta indahnya tatar Pasundan. Ya, dengan sajak saja.

Tapi, kemana gerangan senyummu? Aku tak percaya bila sajak bikin kamu senyum, Sekar. Malah bikin cemberut. Ah, tiuplah saja ketujuh belas lilinmu itu. Dekap erat Papa-Mama serta bayanganku.

Biarkan hari-hari terus bergulir. Gosip cuma omong kosong, walau pada akhirnya kita terbelenggu. Kehidupan senantiasa merenggut apa saja, Sekar. Tinggal tunggu Tuhan bersabda: kuun fayakuun; jadilah maka jadilah! Hidupmu selesai. Berkemas dan pakai baju sajalah. Sembunyi di balik sajadah.





No comments:

Post a Comment